Mari Berbicara Sebentar Soal Antahberantah
Udah hampir tiga tahun gue bersama blog ini. Tapi kayaknya gue lupa ngenalin diri gue ke blog ini. Ini tuh ibarat pacaran bertahun-tahun, tapi gak saling mengenali nama masing-masing. Miris. Agak gak pantas juga ya, sewaktu pertama bikin blog ini, gue langsung nge-posting puisi sendu ambigu. Jadi, mohon maaf atas kelakuan gue yang sering nyilet-nyilet puting lantaran kadar gundahnya lumayan tinggi.
Gue Blenk, pemuda yang sering dianggap penyebab mualnya seseorang. Atau yang lebih parahnya sering disangka penyebab cerainya sebuah pasangan kekasih. Usia gue masih tergolong muda, yakni 300 tahun. Gue tinggal di gang terpencil di dalam desa yang paling terpencil dari yang terpencil. Usut punya usut, ternyata desa gue memang berbeda dengan desa-desa yang lain. Biasanya kalau di desa sebelah langitnya terang benderang, maka di desa gue hujan petir. Kalau di desa sebelah pukul dua siang, hari Kamis Wage, maka di desa gue masih pukul 9 malam, hari Selasa Pahing. Agak aneh juga, sih, kalau dijelaskan lebih lanjut. Yang jelas, di desa gue, pukul dua belas siang itu langitnya gelap. Makanya di desa gue diadakan ronda nonstop. Oh iya, nama desanya mah gak usah disebutin lah ya. Gak penting.
Teman-teman gue, mengenali gue karena kesendiriannya. Kesendirian di sini bisa diartikan gak punya pacar. Memang masih menjadi misteri bagaimana seseorang Blenk masih ngejomblo. Tapi alangkah horornya lagi kalau gue maksain pacaran dengan sesama jenis. Ih, jijik. pengin muntah. Pengin karaokean di Inul Vista.
Meskipun gue belom memiliki 'itu', gue gak buta selera. Apa ada yang tahu Tashima Meru? Mayu Watanabe? Airi Suzuki? Sayumi Michishige? Seto Saki? Haruka Ayase? Tsubasa Amami? Nah, semua nama yang gue sebutkan adalah standar kriteria, dan sepertinya nilai mereka di atas 7,5. Itu artinya mereka gak perlu diremedial atau nyogok ke guru buat nambahin nilai.
Ngomong-ngomong pacar, gue pernah ngebaca status twitter milik seorang cewek yang entah siapa namanya, kira-kira begini isi statusnya: Semoga hubungan aku dengan si sayang selalu longlasting.
Berdasarkan pengamatan seorang anti-asmara, orang yang pacaran cenderung lebih sering berkelahi dibandingkan dengan hanya berteman saja. Bagi gue, orang yang melakukan pendekatan dengan gebetannya, hidupnya lebih berwarna dari ketika ia sudah menjadi pacar. Maka dari itu, lebih baik kita berteman saja. Karena meskipun hanya berteman, gak menutup kemungkinan kita bisa jalan bareng, kemping bareng, atau sekedar saling tukar celana dalam.
Satu hal lagi yang perlu kalian ketahui, sejak awal pembahasan, gue sedang memperkenalkan diri gue. TAPI KENAPA MALAH NGEBAHAS SOAL PACARAN?!
Salam JAV.
Gue Blenk, pemuda yang sering dianggap penyebab mualnya seseorang. Atau yang lebih parahnya sering disangka penyebab cerainya sebuah pasangan kekasih. Usia gue masih tergolong muda, yakni 300 tahun. Gue tinggal di gang terpencil di dalam desa yang paling terpencil dari yang terpencil. Usut punya usut, ternyata desa gue memang berbeda dengan desa-desa yang lain. Biasanya kalau di desa sebelah langitnya terang benderang, maka di desa gue hujan petir. Kalau di desa sebelah pukul dua siang, hari Kamis Wage, maka di desa gue masih pukul 9 malam, hari Selasa Pahing. Agak aneh juga, sih, kalau dijelaskan lebih lanjut. Yang jelas, di desa gue, pukul dua belas siang itu langitnya gelap. Makanya di desa gue diadakan ronda nonstop. Oh iya, nama desanya mah gak usah disebutin lah ya. Gak penting.
Teman-teman gue, mengenali gue karena kesendiriannya. Kesendirian di sini bisa diartikan gak punya pacar. Memang masih menjadi misteri bagaimana seseorang Blenk masih ngejomblo. Tapi alangkah horornya lagi kalau gue maksain pacaran dengan sesama jenis. Ih, jijik. pengin muntah. Pengin karaokean di Inul Vista.
Meskipun gue belom memiliki 'itu', gue gak buta selera. Apa ada yang tahu Tashima Meru? Mayu Watanabe? Airi Suzuki? Sayumi Michishige? Seto Saki? Haruka Ayase? Tsubasa Amami? Nah, semua nama yang gue sebutkan adalah standar kriteria, dan sepertinya nilai mereka di atas 7,5. Itu artinya mereka gak perlu diremedial atau nyogok ke guru buat nambahin nilai.
Ngomong-ngomong pacar, gue pernah ngebaca status twitter milik seorang cewek yang entah siapa namanya, kira-kira begini isi statusnya: Semoga hubungan aku dengan si sayang selalu longlasting.
Perlu kalian ketahui bahwa cara dia menulis status itu salah besar. Pertama, coba pikir, kalaupun si cewek mau longlasting mending sama baterai alkaline. Baterai alkaline itu bisa menghidupkan remote, sementara si pacar belum tentu bisa. Kedua, cara make a wish lewat dunia maya nggak akan ngaruh buat kelangsungan hidup mereka berdua. Bisa aja pas si cewek udah bikin status kayak gitu, hubungan dengan pacarnya langsung putus. Dan, itu akan jadi hal yang lebih memalukan dari telanjang bulat di atas mobil penggiling aspal.
Jadi, yang gue maksud di sini, pacaran itu gak terlalu penting. Toh, yang lebih penting itu hubungan kedekatan ketimbang status in-relationship-nya.
Berdasarkan pengamatan seorang anti-asmara, orang yang pacaran cenderung lebih sering berkelahi dibandingkan dengan hanya berteman saja. Bagi gue, orang yang melakukan pendekatan dengan gebetannya, hidupnya lebih berwarna dari ketika ia sudah menjadi pacar. Maka dari itu, lebih baik kita berteman saja. Karena meskipun hanya berteman, gak menutup kemungkinan kita bisa jalan bareng, kemping bareng, atau sekedar saling tukar celana dalam.
Satu hal lagi yang perlu kalian ketahui, sejak awal pembahasan, gue sedang memperkenalkan diri gue. TAPI KENAPA MALAH NGEBAHAS SOAL PACARAN?!
Salam JAV.
Comments
Post a Comment