Sebuah Cerita yang Saya Sendiri Tidak Tahu Harus Memberi Judul Apa
DI ujung kota sana, hiduplah seorang kawan yang menurut gue jauh dari kata keren. Sebut saja namanya Ahong. Terlahir dari keturunan bangsa Yunani. Ini jelas terlihat dari matanya yang sipit, dan selalu memperingati hari Imlek setiap tahun. Tubuhnya kekar, kulitnya kuning langsat, dan terdapat tato jamur di punggungnya. Ahong adalah pemuda yang pandai bergaul dengan sesama. Tidak heran kalau Ahong mudah mendapat kawan, meskipun semua kawannya adalah lelaki.
Karirnya diawali dengan menjadi penganut MLM (Multi Liar Marketing). Salah satu
keahliannya adalah dalam penyebaran janji-janji kepada umat-umat polos.
Sehingga pengikutnya semakin hari semakin banyak. Semenjak saat itu, karirnya
semakin meroket, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang Businessman muda nan mesum.
Dompet Ahong begitu tebal. Kira-kira tebalnya hampir sama
dengan novel Harry Potter. Biasanya Ahong mendadak jadi ganteng kalau uangnya
sudah menyembul dari kantongnya. Uangnya pun selalu berceceran ke mana-mana. Entah
itu saat ke mall, swalayan, pasar, ataupun market. Ceboknya saja pakai duit
seratus rebuan. Tidak bisa dipungkiri lagi kalau kekayaannya membuat para
wanita jatuh hati padanya.
Belakangan ini, mantan Ahong sangatlah banyak. Berbagai
nama sudah mempertebal daftar mantannya. Ada Leli, Lisda, Nori, Putri, Mantau,
Dyah, Mawar, Marwan, Agus, Joni, Ismet, Iskandar, Roy, banyak sekali pokoknya. Sampai-sampai
tak ada yang sanggup menyebutkan kesemua nama tersebut. Di antara mantan-mantannya
yang sudah seperti gundukan bulu ketek, ada seseorang yang sangat spesial bagi hati
Ahong, dan tidak bisa tergantikan oleh pasangan-pasangan lainnya. Dialah
Ridwan.
Ridwan adalah partner sejati Ahong, mereka berdua
dipertemukan semenjak bulan puasa sampai saat ini. Ahong dan Ridwan sudah
seperti ayah dan anak, seperti Batman dan Robin, dan juga seperti sepasang
pelir. Mereka berdua tidak bisa terlepaskan. Ke manapun mereka pergi, mereka selalu
berdua dan bergandengan tangan. Saat ini, Ridwan pun merangkap sebagai
penasihat Ahong. Apapun yang Ridwan sarankan pada Ahong, pasti akan diwujudkan
menjadi kenyataan.
Ada satu hal yang membuat orang-orang heran terhadap
Ahong. Yaitu dia seperti Tuhan, ada di mana-mana. Di sekolah ada Ahong, di
jalanan ada Ahong, di pinggir kloset ada Ahong, semuanya ada Ahong. Begitupun
Ridwan, mau makan kerumah Ahong, ke sekolah dianterin Ahong, mau check-in hotel sama Ahong.
Jika ditanya tentang tepat waktu, maka Ahonglah orang
pertama yang akan menentangnya. Oleh karena itu, banyak orang yang menjulukinya
‘Si Anti-tepat waktu’. Konon, untuk bertemu langsung dengan Ahong dibutuhkan
kesabaran melebihi Dewa Sabar. Jika ada yang ingin ketemu dengan Ahong, dimohon
untuk membuat janji dua bulan sebelum hari-H. Kalau tidak seperti itu, maka
akan terjadi persoalan seperti yang pernah terjadi pada seorang teman cewek. Sebut saja namanya Mayu.
Mayu pernah bercerita bahwa Ahong akan
mengunjungi rumahnya, entah apa urusannya. Sementara untuk masalah ketemuan, Mayu adalah tipe cewek yang
sangat mengagungkan waktu.
Ahong: May, dimana? Saya mau main ke rumah kamu sekarang.
Mayu: Di rumah. Dateng aja langsung, Hong!
Ahong: Okeh May, saya langsung ke situ.
Beberapa menit kemudian…
Ahong: Masih dirumah, May? Saya OTW.
Mayu: Masih
Hong, okeh ditunggu :)
Beberapa jam kemudian…
Ahong: May, tunggu di rumah ya, saya OTW!
Mayu: Okeh,
Hong :|
Beberapa hari kemudian…
Ahong: May, bentaran lagi saya mungkin
nyampe.
Mayu: Sip
:(
Beberapa minggu kemudian…
Ahong: May, saya masih di jalan depan nih, tunggu
ya.
Mayu: ...
Ahong: May… May…
Beberapa saat setelah
beberapa minggu kemudian…
Ahong: Assalamualaikum, permisi…
Ibunya Mayu: Oh Ahong ya.
Ahong: Iya. Mayu-nya ada, Bu?
Ibunya Mayu: Oh, cari Mayu ya? Kebetulan Mayunya nya baru aja dikubur tadi pagi. Katanya,
sih, mati karena gagal sabar.
Begitulah cara Ahong memberi harapan sampah kepada seorang cewek.
Selain hobi ngaret, Ahong juga mempunyai hobi lain, yaitu hobi
ngelemparin banci kota dengan petasan. Ahong membentuk asosiasi yang diberi
nama ‘Banci Strike’. Ia mendirikannya
bersama para anggota yang mempunyai latar belakang ngaret.
Banci
Strike adalah di mana para banci disuruh
membentuk pyramid lalu dilempari petasan secara wariawi. Biasanya bulan puasa
adalah bulan yang tepat bagi Ahong dan para ngareters
lainnya untuk beroperasi di jalanan. Ahong pun sering melakukan touring ke luar pulau Jawa untuk berburu
banci-banci pelosok negeri.
Karena ketekunannya terhadap banci, pemerintah sempat memberinya
penghargaan sebagai Aktor Pelenyap Banci Terbaik. Tahun lalu pun, Ahong meraih
dua buah medali sebagai Inspirator Terngaret Dalam Pemberdayaan Waria Kota.
Tahun ini ia ditetapkan sebagai juara bertahan dalam ajang Waria Fighter. Ia berencana akan menyumbangkan hadiahnya kepada
panti silikon, dan sisanya akan ia gunakan untuk berlibur ke keluarga lamanya
di daerah Maroko dengan mengendarai ban bebek melewati jalur pantura.
Saat ini, kesibukan Ahong semakin meningkat, bisnisnya
semakin menggila. Mulai dari bisnis jagal sapi sampai bisnis jagal titit
(mantri sunat). Dan yang terakhir, ia membuka usaha yang disebut Tempe Setan. Yakni makanan ringan berbahan dasar tempe dan bumbu yang diracik
langsung oleh setan. Perusahaan Tempe Setan
ini mempekerjakan sekitar 666 karyawan, yang kesemuanya adalah lelaki.
Kisah perjalanan hidup Ahong betul-betul sangat menginspirasi dan banyak dimuat di majalah. Bahkan sampai
diangkat ke dalam buku yang berjudul ‘Is
This Gay Life Style?’. Mungkin di bawah ini adalah sedikit dari kisah Ahong
yang dikutip dari salah satu majalah mingguan ternama. Mari kita simak
bersama-sama...
Di sebuah negeri antahberantak, di mana tempat Ahong
dibesarkan sebelum ia hijrah ke Sukabumi, hiduplah seorang nenek yang orang-orang
menyebutnya Nenek Gadis. Ia satu-satunya orang yang memendam perasaan kepada
Ahong sejak lama. Baginya, Ahong lebih dari sekedar boyband Korea.
Suatu hari, Nenek Gadis tidak tahan karena terlalu lama
memendam perasaannya. Hingga akhirnya, nenek yang berusia lebih dari masa
penjajahan Belanda tersebut menyatakan perasaanya kepada Ahong. Dengan waktu
kurang dari satu detik, Ahong pun menolaknya. Bukan karena apa-apa, tapi karena
Ahong lebih menyukai wanita yang usianya lebih tua dari nenek tersebut. Ahong
selalu beranggapan bahwa semakin keriput wanita, maka akan semakin menimbulkan
gairah. (Gue sendiri agak ngeri saat menuliskan ini.)
Berbagai cara telah nenek itu lakukan agar cintanya
diterima oleh Ahong, namun selalu gagal. Di lain kesempatan, Nenek Gadis menggunakan
sihirnya untuk menyamar menjadi seorang nenek yang membawa rantang. (Gue sendiri baru tahu kalau nenek
gila itu mempunyai ilmu sihir.) Tadinya nenek itu ingin berubah jadi salah
seorang personil Idol Group ibukota.
Namun sayang, sihirnya cuma bisa merubahnya menjadi nenek-nenek yang membawa rantang.
Menjelang senja yang menguning, nenek itu berniat mencegat
Ahong di persimpangan hutan. Ia tahu bahwa pada jam-jam segini, Ahong selalu
pulang dari aktivitas memetik kangkung di ladangnya. Tepat tak lama setelah ia
menunggu, Ahong datang dengan mengendarai sendal dengan merek Swallow.
“Hey anak (maaf) tampan!” panggil nenek itu.
“Iya Nek, ada apa ya?” jawabnya kalem.
“Aku lihat, mukamu begitu pucat. Pasti kamu sedang
kelaparan ya?” tanya nenek itu.
“Bagaimana Nenek bisa tahu kalau saya sedang lapar? Padahal
tadi saya tidak lapar.”
“Mendingan kamu lapar saja, biar Nenek bisa memberikan
kamu sebuah rantang
ini. Karena rantang
tidak hanya untuk menyiduk air,
tapi juga aman untuk dikonsumsi. Sudah mendapatkan label halal dari MUI.”
“Maaf Nek, saya takut kalau rantang itu ternyata beracun. Lalu ketika saya memakannya,
saya akan tidak sadarkan diri, dan Nenek akan menculik saya ke sebuah istana!”
(Tiba-tiba nenek mematikan sound effect yang sedang seram-seramnya itu.)
“Bodoh, kamu sudah membocorkan cerita si penulis. Lebih
baik kamu tarik kembali semua perkataanmu itu. Kalau sampai cerita ini bocor
dan tidak laku, maka kita tidak akan mendapatkan royalti!”
“Baiklah, Nek. Saya akan pura-pura tidak tahu saja supaya
cerita ini berjalan lancar.”
“Nah, begitu lebih bagus. Sekarang kita ulangi lagi dari
awal!” perintah si nenek itu. “Eh, tadi sampai mana dialog kita?” tanyanya pada
Ahong.
“Nenek menyuruh saya lapar...”
“Oh oke, sekarang saya ingat.”
Nenek itu mengulang dialognya kembali.
“Mendingan kamu lapar saja, biar Nenek bisa memberikan
kamu sebuah rantang
ini. Karena rantang
tidak hanya untuk menyiduk air,
tapi juga aman untuk dikonsumsi. Sudah mendapatkan label halal dari MUI.”
“Terimakasih
banyak, Nek, saya mau lanjut pulang dulu karena takut kemalaman.” Ahong
menerima rantang
pemberian nenek itu, lalu pulang.
Jarak dari ladang kangkung ke rumah Ahong cukup jauh.
Kira-kira jaraknya seperti dari Bandung ke negara Bermuda. Itu pun harus ditempuh dengan
berjalan kaki. Di tengah perjalanan pulang, perut Ahong mulai keroncongan. Kalo
didengar pake headset maka akan terdengar lagu Bengawan Solo diperutnya. Ahong
teringat kalau tadi ada seorang nenek yang memberi rantang kepadanya. Ia pun memutuskan untuk
berhenti sejenak dan segera memakan sepotong dari rantang tersebut, kemudian sisanya bisa ia gunakan
untuk menyiduk air saat cebok di sungai. (Ini benar-benar
goblok, dia benar-benar memakan rantangnya.)
Belum habis ia memakan rantang yang diberikan nenek itu, Ahong mendadak
menjadi pusing, kepalanya cenat cenut, dan membuatnya gerah. Ahong mendadak
oleng. Ia pingsan di tengah hutan yang mulai gelap itu.
Rupanya Nenek itu sedang memata-matai Ahong dari balik
pepohonan. Tanpa menunggu lama, nenek biadap itu langsung membawa Ahong yang pingsan
ke istana nya.
“Wkwkwkwkxixixixi, akhirnya si pemuda (maaf) tampan ini
aku bawa juga.” Nenek itu lalu merubah wujudnya kembali menjadi Nenek Gadis. “Pemuda
(maaf) tampan ini akan sadar kembali jika seorang teman dekatnya mencium bibir
Ahong. Maka dari itu aku akan me-non-aktikan BB-nya. Wkwkwkwkxixixi.” (Tawa
Nenek Gadis memang bernada alay, sehingga gue mau muntah saat menulisnya.) Nenek
Gadis kemudian pergi meninggalkan Ahong sendirian terbaring di istana nya.
DI tempat lain,
partner Ahong, Ridwan mulai kewalahan menjalani bisnis sendirian. Ia heran
kenapa sudah seminggu ini Ahong tidak ikut menjalankan bisnis Tempe Setan-nya. Ridwan
sudah mencoba mengirim BBM kepada Ahong, namun tidak pernah read. Ia juga sudah mencoba me-mention Ahong di Twitter, tapi tak ada reply ataupun Retweet. Ridwan jadi galau kesepian. Dia mengeluarkan airmata cintanya
gara-gara galaunya membabi buta.
Di saat Ridwan terduduk galau, tiba-tiba datanglah seorang
pemuda bertubuh atletis mengenakan kostum superhero dengan hurup ‘A’ di dadanya.
Bukan, dia bukan Captain America, melainkan Captain Anus yang berbakti pada
nusa, bangsa dan negara.
“Mengapa kau bermuram durja, kawan?” tanya Captain Anus.
“Aku sedang memikirkan harga beras yang semakin mahal.”
“Lalu, benda apakah yang kau genggam itu?”
“Ini adalah foto seorang partner sejatiku. Sudah seminggu
ini dia menghilang entah ke mana. Aku mengkhawatirkannya. Sehingga, aku jadi punya
firasat yang tidak enak tentangnya.”
Captain Anus lalu duduk di samping Ridwan. Sebagai
penghangat suasana, ia menyalakan sebuah rokok dan menawarkan beberapa batang
kepada Ridwan. Mereka berdua lalu merokok bersama.
“Aku pernah kehilangan teman. Setelah satu tahun lamanya
mencari, akhirnya aku menemukan temanku di sebuah istana. Rupanya seorang
wanita yang tidak ada seksi-seksinya bernama Nenek Gadis, telah menculiknya.
Aku terlambat menyelamatkannya.” Captain Anus menghisap rokoknya dalam-dalam,
lalu menghembuskannya. “Temanku sudah keburu direnggut nyawanya oleh nenek nonseksi itu. Oleh karena itu, aku bisa
merasakan apa yang kau rasakan, kawan.”
“Aku turut berduka atas kehilangan temanmu itu.”
“Bagaimana kalau aku tawarkan diriku untuk membantu
mencari temanmu itu?”
Mereka pun sepakat untuk mencari Ahong.
Pertama-tama, mereka berdua mencari tahu keberadaan Ahong
lewat Google. Lalu Google memberitahu untuk mengunjungi Kaskus.com. Di sana,
mereka masuk ke forum tanya-jawab
seputar Ahong. Dan, jawaban Kaskus yang paling banyak mengatakan: Ahong
disandera di sebuah istana milik Nenek Gadis. Ia takkan melepaskan Ahong
sebelum ia menerima cintanya.
Setelah mendapatkan alamat Nenek Gadis lewat dunia maya, Ridwan langsung pergi menuju istana
Nenek Gadis dengan ditemani Captain Anus. Di gerbang istana, Nenek Gadis sudah menyambut mereka dengan tarian Jaipong
dan Kakawihan Sunda. Nenek Gadis sudah tahu bahwa hari itu Ridwan akan
menyelamatkan Ahong. Jelas saja, Nenek Gadis adalah seorang stalker sejati.
Tanpa membuang waktu, Nenek Gadis langsung menyerang
Ridwan. Selangkangan Ridwan ditendang oleh nenek itu, tapi untungnya gak kena, dan
malah mengenai selangkangan Captain Anus. Captain Anus pun tergeletak tak
berdaya karena memang selangkangan adalah kelemahannya.
Beberapa serangan berhasil digagalkan Ridwan. Ia
mengeluarkan jurus berupa voucher
belanja Sophie Martin senilai satu juta rupiah, tas Hermes keluaran terbaru,
plus creambath gratis di salon selama
satu minggu. Akhirnya Nenek Gadis pun menyerah minta ampun kepada Ridwan. Ia
mengakui atas semua perbuatannya sebelum akhirnya Ridwan membersihkan jiwa
Nenek Gadis. Lalu, bagaimana
nasib Captain Anus? Bodo amat, yang penting shoping.
Ridwan sesegera mungkin menemui Ahong yang ada di atas
istana. Ahong masih terbaring pingsan semenjak memakan rantang
beracun itu. Ridwan mencoba menyadarkan
Ahong, tapi tak kunjung sadar. Ridwan tidak tahu bagaimana cara menyadarkan
Ahong. Kemudian Ridwan me-mention Nenek
Gadis. Namun, Nenek Gadis sedang sibuk shoping
dan tidak bisa diganggu. Bagaimana nasib Captain Anus? Bodo amat, yang penting Nenek
Gadis sedang tidak bisa diganggu.
Beruntunglah Nenek Gadis meninggalkan laptop lengkap beserta modemnya. Tanpa pikir panjang, Ridwan segera mengakses Youtube. Ia mencari
tutorial menyadarkan Ahong. Namun yang keluar malah video dance cover G-Dragon. Setelah pencarian yang cukup panjang, akhirnya
Ridwan menemukan sebuah video yang diunduh oleh seseorang dari Magelang. Di
video itu, si pengunduh memperagakan bagaimana cara jika seseorang terkena
racun rantang.
Ternyata cara menyadarkannya adalah dengan mencium bibir seseorang tersebut.
Ridwan tak punya pilihan lain. Ia harus melakukan cara itu
agar Ahong sadar. Dalam hitungan detik, mata Ahong langsung terbuka setelah
mendapat ciuman dari Ridwan.
“Di mana aku?”
Ahong memegangi kepalanya. Ia belum benar-benar pulih.
“Tenanglah kawan, kau baru saja sembuh dari racun rantang yang kau makan.” kata Ridwan.
Ahong mulai ingat. Ia menceritakan dengan panjang lebar
tentang apa yang telah menimpa dirinya. Ridwan menjelaskan kalau itu semua
perbuatan Nenek Gadis yang terkenal di dunia maya.
“Nenek sialan itu
sempat kutolak cintanya. Mungkin ia dendam dan ingin memilikiku dengan cara
yang salah. Untung saja ada kau, temanku. Aku sangat berterimakasih banyak atas
semua jasamu.” Ahong tersenyum sambil memeluk erat Ridwan.
Semenjak tragedi tersebut, Nenek Gadis jadi gila shoping. Ia pun jadi gila creambath. Hampir seluruh badannya di
creambath, termasuk bulu dadanya. Mungkin dalam hatinya
Nenek Gadis berkata bahwa bahagia itu tak harus berdua. Sementara, ciuman yang diberikan Ridwan kepada
Ahong, membuat Ahong tampak segar seperti semula. Bersama partnernya, Ridwan,
ia menjalani bisnis seperti biasanya. Ridwan dan Ahong akhirnya hidup bahagia.
Bagaimana dengan nasib Captain Anus? Bodo amat, yang penting hidup bahagia.
Begitulah kira-kira kisah selentingan tentang hidup Ahong,
semoga dapat menginspirasi para Ahong-ahong lainnya yang tumbuh diluar sana
bersama partner-partner lainnya. Perlu diingat, adakalanya
seonggok cinta tak bisa didapatkan dengan cara memaksakan kehendak. Karena
cinta adalah abstrak yang tidak dapat didirikan oleh sepihak.
Comments
Post a Comment