Jangan Pikir Dia Tak Tahu
Jarum jam terus berdetak. Sudah 15 menit
berlalu semenjak Bu Aya mengadakan ulangan matematika di kelas 2A. Seluruh
murid di kelas tampak gusar, tidak terkecuali Genta, anak lelaki yang benci
matematika. Baginya, ulangan matematika bagaikan monster angka yang selalu
menakut-nakuti dirinya. Terlebih posisi duduk ia saat ini berhadapan dengan
meja Bu Aya. Ia benar-benar merasa sial hari itu.
30 menit berlalu. Dari 10 soal yang
tertera pada lembaran yang dibagikan Bu Aya, baru 2 yang dijawab oleh Genta.
Itu pun soal yang sepertinya semua murid bisa menjawabnya
dengan mudah.
“Bagaimana, ada yang sudah selesai?”
Tanya Bu Aya.
“Belum, Bu…” jawab murid-murid serentak.
“Oke, waktu kalian tersisa 30 menit
lagi. Apabila waktunya habis, selesai tidak selesai harus dikumpulkan!”
Mendengar Bu Aya berbicara seperti itu,
Genta semakin gusar. Keringat dingin mengucur dari berbagai belahan tubuh
Genta. Ia harus segera memenuhi lembar jawabannya. Apa pun caranya. Kalau
tidak, dia bisa kena remedial.
Akhirnya genta tak punya pilihan lain
selain mencontek dari lembaran milik teman di sebelahnya, dan cara itu pun
berhasil membuat beberapa soal terlewati. Sesekali ia pun melirik ke Bu Aya
untuk memastikan apakah beliau mencurigainya atau tidak. Namun sejauh ia
menyontek, Bu Aya terlihat lengah seperti tidak memperhatikan Genta.
“Baiklah
anak-anak, waktu kalian tinggal 10 menit lagi ya!”
Genta kini agak tenang. Ia sudah menjawab 9
soal, meskipun 7 di antaranya hasil menjarah jawaban temannya. Itu berarti
tinggal satu pertanyaan lagi yang belum terjawab. Ia pun memilih cara lain
untuk menjawab.
Genta memasukkan
tangannya ke kolong meja. Dikeluarkannya buku pelajaran matematika. Ia terus
mencari jawaban dari buku tersebut selagi Bu Aya lengah di mejanya. Dan…
lagi-lagi ia berhasil mendapatkan jawaban dengan caranya. Waktu pun telah
habis. Genta lebih dari sekedar lega.
Gambar ini nggak ada hubungannya sama cerita. Bodo amat. Yang penting semangat |
Seminggu kemudian,
kelas 2A bertemu dengan pelajaran Bu Aya lagi. Sebelum pelajaran dimulai, Bu
Aya membagikan hasil ulangan dadakan minggu kemarin. Setelah beberapa nama
murid dipanggil ke depan kelas untuk mengambil hasil ulangan, akhirnya giliran
nama Genta dipanggil. Dengan percaya diri, ia pun menghampiri Bu Aya. Seperti
yang sudah diduganya, Genta mendapatkan nilai sempurna.
Saat Genta kembali
ke tempat duduknya, kaki kirinya disandung oleh kaki Bu Aya. Untung saja kaki
kanannya bisa menopang seluruh tubuhnya. Namun kertas ulangannya jatuh ke
lantai. Tiba-tiba Genta terpaku menatap kertas tersebut. Ia mencoba membaca dan
mencerna kalimat yang tertulis pada kertas tersebut.
“Nilaimu memang
sempurna, tapi caramu menyontek jauh dari kata sempurna. Kamu perlu banyak
belajar strategi agar cara menyontek kamu lebih canggih. Oh iya, satu lagi,
lain kali kalau kamu mau menyontek jangan sampai ketahuan Ibu ya.”
Genta lalu berbalik
ke arah meja Bu Aya, dan ia melihat beliau senyum kepadanya.
Comments
Post a Comment