Trilogi konversasi bagian tiga
Ini adalah obrolan yang tiba-tiba saja terjadi tanpa banyak basa-basi. Bolehlah semua hepi, jangan lupa bagi rejeki.
"Bung, sesungguhnya saya sudah melalui hidup ini dengan dibumbui cinta. Menurut anda, apa itu cinta?"
"Cinta adalah hal yang tak mengenyangkan perut."
"Bagaimana dengan cinta yang dilabeli halal dan haram?"
"Bisa jadi itu akal-akalan MUI,"
"Tapi ada juga yang bilang 'kucinta kamu hari ini dan selamanya'. Bagaimana itu?"
"Berarti dia orang yg bersikeras ingin makan cinta."
"Ngomong-ngomong, anda sudah makan?"
"Sudah,"
"Berapa banyak?"
"Dua."
"Maksud anda dua apa?"
"Dua menit untuk tiga piring nasi beserta lauk pauk,"
"Mangapa anda begitu banyak makan?"
"Karena saya baru menyadari, kami kenyang karena makan nasi, bukan makan cinta."
"Darimana anda dapat quotes itu?"
"Entahlah, seseorang pesakit senior yang sudah terlalu banyak makan asam garam."
"Jangan-jangan anda seorang pesakit senior itu."
"Saya hanya orang biasa, yang mencoba menjawab semua pertanyaan dari orang yang menduga saya pesakit senior. Saya hanya berwibawa dan berkarisma, sehingga anda mengira saya pesakit senior."
"Ah, anda bisa saja melakukan tindakan alibi. Eh, apa jadinya jika seseorang terjerat cinta?"
"Apa? Anda bilang terjerat? Terjerat cinta? Hih, seperti judul lagu dangdut saja."
"Sebagian orang cinta seudah terlampiaskan. Sebagian lagi belum tersampaikan, dan sebagian lagi belum mendapatkan. Apakah semua orang berhak mendapatkan cinta?"
"Begini, cinta itu hanya untuk orang-orang yang kuat melaluinya."
"Jadi orang-orang yang tidak kuat tidak berhak? Lalu di kemudian hari mereka akan membenci cinta. Bukankah begitu?"
"Biar mereka belajar untuk mengetahui bahwa membenci cinta begitu rumit dari membiarkannya."
"Maksudnya?"
"Orang yang membenci cinta akan malu ketika suatu hari dia mendapatkan cinta."
"Apa yang harus saya lakukan kalau ternyata itu terjadi pada saya?"
"Karena anda sudah tahu, maka itu tidak akan terjadi pada anda. Anda tidak akan membenci cinta, bukan? Saya pernah membencinya sekali, lalu saya menjadi munafik dan menjilat cinta."
"Oh, sial! Saya baru tahu ternyata yang bisa dijilat bukan cuma permen dan puting, tapi cinta juga. Ehm, ngomong-ngomong soal puting, orang-orang yang bercinta itu harusnya dengan penuh cinta, bukan?"
"Orang yang bercinta belum tentu memiliki cinta. Tapi orang yang memiliki cinta bisa saja bercinta."
"Hmm... Hmm... Adakah orang yang mati karena cinta?"
"Setahu saya, orang yang kelelahan sehabis bercinta itu ada."
"Tapi bukankah cinta dibawa sampai mati?"
"Itu istilah untuk orang yang berkorban demi cinta."
"Saya sudah lelah berbicara soal cinta."
"Kalau begitu, kenapa anda terus bertanya?"
"Dan mengapa anda juga harus menjawab?"
"Karena kita saling terhubung. Sekarang, pergilah menjadi sisi lain saya yang selalu bertanya ini dan itu."
"Bung, sesungguhnya saya sudah melalui hidup ini dengan dibumbui cinta. Menurut anda, apa itu cinta?"
"Cinta adalah hal yang tak mengenyangkan perut."
"Bagaimana dengan cinta yang dilabeli halal dan haram?"
"Bisa jadi itu akal-akalan MUI,"
"Tapi ada juga yang bilang 'kucinta kamu hari ini dan selamanya'. Bagaimana itu?"
"Berarti dia orang yg bersikeras ingin makan cinta."
"Ngomong-ngomong, anda sudah makan?"
"Sudah,"
"Berapa banyak?"
"Dua."
"Maksud anda dua apa?"
"Dua menit untuk tiga piring nasi beserta lauk pauk,"
"Mangapa anda begitu banyak makan?"
"Karena saya baru menyadari, kami kenyang karena makan nasi, bukan makan cinta."
"Darimana anda dapat quotes itu?"
"Entahlah, seseorang pesakit senior yang sudah terlalu banyak makan asam garam."
"Jangan-jangan anda seorang pesakit senior itu."
"Saya hanya orang biasa, yang mencoba menjawab semua pertanyaan dari orang yang menduga saya pesakit senior. Saya hanya berwibawa dan berkarisma, sehingga anda mengira saya pesakit senior."
"Ah, anda bisa saja melakukan tindakan alibi. Eh, apa jadinya jika seseorang terjerat cinta?"
"Apa? Anda bilang terjerat? Terjerat cinta? Hih, seperti judul lagu dangdut saja."
"Sebagian orang cinta seudah terlampiaskan. Sebagian lagi belum tersampaikan, dan sebagian lagi belum mendapatkan. Apakah semua orang berhak mendapatkan cinta?"
"Begini, cinta itu hanya untuk orang-orang yang kuat melaluinya."
"Jadi orang-orang yang tidak kuat tidak berhak? Lalu di kemudian hari mereka akan membenci cinta. Bukankah begitu?"
"Biar mereka belajar untuk mengetahui bahwa membenci cinta begitu rumit dari membiarkannya."
"Maksudnya?"
"Orang yang membenci cinta akan malu ketika suatu hari dia mendapatkan cinta."
"Apa yang harus saya lakukan kalau ternyata itu terjadi pada saya?"
"Karena anda sudah tahu, maka itu tidak akan terjadi pada anda. Anda tidak akan membenci cinta, bukan? Saya pernah membencinya sekali, lalu saya menjadi munafik dan menjilat cinta."
"Oh, sial! Saya baru tahu ternyata yang bisa dijilat bukan cuma permen dan puting, tapi cinta juga. Ehm, ngomong-ngomong soal puting, orang-orang yang bercinta itu harusnya dengan penuh cinta, bukan?"
"Orang yang bercinta belum tentu memiliki cinta. Tapi orang yang memiliki cinta bisa saja bercinta."
"Hmm... Hmm... Adakah orang yang mati karena cinta?"
"Setahu saya, orang yang kelelahan sehabis bercinta itu ada."
"Tapi bukankah cinta dibawa sampai mati?"
"Itu istilah untuk orang yang berkorban demi cinta."
"Saya sudah lelah berbicara soal cinta."
"Kalau begitu, kenapa anda terus bertanya?"
"Dan mengapa anda juga harus menjawab?"
"Karena kita saling terhubung. Sekarang, pergilah menjadi sisi lain saya yang selalu bertanya ini dan itu."
Comments
Post a Comment