Sirna Nestapa (bagian I)
Kaupikir menangis bisa menyelesaikan
segalanya? Seandainya kau tahu bahwa itu hanya membuang sebagian rasa kecewa
saja. Sisanya harus kautelan dan tanam hingga dalam, tertimbun bersama kenangan
lain, hingga pada masanya kau akan mulai berpikir semuanya lenyap bersawa
waktu.
Kau hanya menangis berdalih mencurahkan
perasaan. Tapi air mata telah membuatmu terlihat lemah. Kau terus berharap
semua kesedihan pergi tanpa mau beranjak dari kesedihan itu sendiri. Seperti
terjebak hujan di kesendirian. Kau hanya
bisa berharap reda, sementara kau tak berteduh dan terus diserbu hujan.
Kau boleh menangis pada saatnya, dan
berhenti saat perasaan seperti semestinya. Tapi jika ternyata kau terus
menangis, kau telah terkalahkan amarah. Jika kau merasa belum lebih baik,
bahkan cenderung buruk, anggaplah semuanya kembali normal. Dan saat kau
berpikir telah membohongi perasaan, katakan pada dirimu yang bersusah, bahwa
kau tidak sedang berbohong melainkan mentransformasi kesedihan menjadi sesuatu
yang menyenangkan hati. Kau akan tahu betapa hebatnya sebuah ketegaran.
Sekali lagi, ketika kau terus bersedih,
maka kau sedang menikmati kesedihan itu. Untuk keluar dari kesedihan, maka
bersenanglah sesuai kemampuanmu. Dengan cara yang paling sederhana sekalipun.
Seperti membohongi diri sendiri bahwa kau tidak sedang bersedih. Dari sana, kau
akan lupa kau sedang berbohong, sampai akhirnya kau senang tanpa bersusah payah
mencari kesenangan.
Terkadang, kita harus menyelamatkan diri
kita dengan berbohong. Jika itu cara terakhirmu, mengapa tidak?
Comments
Post a Comment