Lasak Merajuk (bagian tiga)
Siapa tak merindukan hujan saat kemarau terlalu lama mendiami bumi. Siapa pula tak merindukan salju ketika sebagian negri tak ditandanginya. Sebagian hanya mampu menatap di media lain, sambil berharap bisa merasakan lembut dan putihnya ia. Siapa tak merindukan segala yang datang hanya untuk pergi.
Terlebih lagi aku merindukan kau. Yang niskala dan selalu kutakuti ketika aku terlalu memilikimu. Dan takdir segera bereaksi ketika rencana terancang begitu sempurna. Sampai akhirnya waktu berunding dengan segalanya, hingga kau, tanpa disadari setuju untuk pergi. Berjalan dengan langkah yang berlari. Terlalu cepat untuk kukejar lagi.
Kau jadi tambah niskala saat ujian terlalu banyak keloknya. Saat alam sematkan gaungmu, lidahku kaku. Kujawab pun percuma saja. Kecuali tindakanku membuahkan kehadiranmu. Aku pergi. Menutup kenyataan dengan menoleh ke depan. Berharap kau masih ada namun dengan waktu yang berbeda.
Tulang rusukku hilang satu sedari awal. Namun kau belum kutemukan lagi.
Terlebih lagi aku merindukan kau. Yang niskala dan selalu kutakuti ketika aku terlalu memilikimu. Dan takdir segera bereaksi ketika rencana terancang begitu sempurna. Sampai akhirnya waktu berunding dengan segalanya, hingga kau, tanpa disadari setuju untuk pergi. Berjalan dengan langkah yang berlari. Terlalu cepat untuk kukejar lagi.
Kau jadi tambah niskala saat ujian terlalu banyak keloknya. Saat alam sematkan gaungmu, lidahku kaku. Kujawab pun percuma saja. Kecuali tindakanku membuahkan kehadiranmu. Aku pergi. Menutup kenyataan dengan menoleh ke depan. Berharap kau masih ada namun dengan waktu yang berbeda.
Tulang rusukku hilang satu sedari awal. Namun kau belum kutemukan lagi.
Comments
Post a Comment