Monolog Pada Api yang Berbisik

Ya, aku telah memenuhi bujukanmu jauh melebihi apa yang kauharapkan. Selamat atas terkuasainya diriku. Satu dosaku telah bertambah di catatan malaikat. Mungkin aku akan melupakannya. Namun perlu kautahu, semua yang telah tercatat belum akan terhapuskan. Sekarang pergilah ke yang lain, menuntaskan pekerjaanmu lagi. Kalau ada apa-apa lagi, datanglah padaku. Lain kali kutantang untuk tidak terbujuk rayuanmu. Sehingga kau kalah dan tak bisa menuntaskan pekerjaanmu. Tidak janji, tapi harus.
 
Kenapa kau selalu membisikkanku kalimat yang sama untuk dosa yang juga sama besarnya? Menjadikan dosa itu terasa kecil karena terlalu sering diperbuat. Aku tak sepenuhnya menyalahkanmu karena memang itu tugasmu. Aku cuma tidak enak pada malaikat yang bosan mencatat hal yang sama setiap kuiyakan bujukanmu.

Kuakui kau pandai mencari teman untuk hari terakhirmu--benar-benar hari terakhir kau diakui. Sangatlah terlihat bahwa berapa banyak pun keturunanmu, kau tetap butuh kawan untuk dibakar bersama. Dengar, banyak tidaknya dirimu kau tetap kesepian. Teruslah bekerja, karena kau terlahir sia-sia. Aku dukung itu supaya kau senang hari ini saja--karena nanti, gelak tawa yang kau serukan adalah gelak tawa kesedihan. 

Oh, betapa kau pandai berpura-pura, selain berbisik dan mencari teman.

Sekarang kaulihat aku melakukan ini. Membuat kau menunda beberapa kesibukanmu selanjutnya, demi melihatku meluapkan kegelisahan. Kuhargai perhatianmu. Selain itu, kau datang jauh-jauh dari tempatmu hanya untuk merusak setiap orang, termasuk aku. Kau sangat serius dengan pekerjaanmu. Haruskah aku memuji lebih banyak lagi? Kurasa jika aku melakukannya, kau akan merasa lebih nyata.

Kuberitahu kau. Aku mengenalmu hanya ketika aku melakukan perbuatan yang tidak baik. Sungguh amat disayangkan kita belum bisa berteman layaknya hubungan manusia dengan manusia. Memang menyakitkan mendengarnya. Tapi sebagai gantinya, kuberitahu satu hal lain. Melakukan perbuatan buruk adalah bukti bahwa kau ada. Sekarang kau percaya, kan? Aku turut sedih, selama ini kau tak pernah berkaca karena wujudmu yang tak kasat mata. Api dan segala sesuatu buruk yang menjadi bahan utama pembuatanmu, belum menjadikan kau sebagai figur yang disenangi semua penghuni alam semesta ini. Jadi, tak usahlah kau bangga. Ingatlah kata-kataku. Sifatmu lebih nyata dari sosokmu.

Comments

Popular Posts