Faktualis I
Dalam perapian hidup doaku menyusut. Tahun ke tahun. Ampun dan ampun. Mengapa perjalanan itu tamsil. Kehidupan terasa tak lebih dari kepingan waktu. Fragmen kisah berpendar menjadi jauh dan dalam. Memutar aku yang diam. Saat itu, waktu kan mengintai di balik alarm--sesalku yang abadi. Aku ingin membuka mata. Mengingat kembali Senin cemas yang menyenangkan. Saat kembali ke bangku sekolah. Meminum teh panas di loteng rumah saat dingin pagi yang menyegarkan.
Aku telah membuka mata hari ini. Kepalaku warta headline koran pagi. Senin telah wafat. Cemas masih bersisa.
Comments
Post a Comment