Sadrah
Bagaimana aku tak menyerah dengan keadaan sementara yang ada bersama udara adalah matamu. Selalu menatap ke dalam hatiku, menusuk-nusuk aku yang menjadi sesak kemudian.
Bayangmu terperangkap dalam wewangian. Dan udara subuh menguarkan dinginnya, bersetubuh dengan aromamu. Aku terbaring membayangkan jasadku berdiri. Mendengar kumandang adzan yang mengukur seberapa kuat malam telah menahanku. Aku tiada lagi tersisa dari pikiran ini.
Jika harus berakhir, biarkan aku memulai lagi dari awal. Menjadi remuk, kemudian sembuh lagi untuk kembali diremukkan.
Comments
Post a Comment