Jilat, Panjat
Kota adalah hutan. Berkat hidup sekeras beton, kaubangun kebencianmu melalui umpatan selebat rimba. Kau keras kepala berdiri setegak tiang pancang, sedang nyawamu perlu disambung oleh kawat-kawat karat untuk tetap bertahan sampai esok.
Bangunan tinggi mencakar langit-langit idealisme. Membuatmu tak kuasa menahan luka finansial. Kita akan pergi, mencari tempat penghambaan kesemrawutan ini, di antara gelak hiburan karena tak ada yang sanggup menertawakan diri.
Aspal adalah liur: panas dan hitam. Kita adalah atau pernah menjadi sampah. Didaur ulang dari sengatnya kata-kata penghuni kota. Sikap dan perilaku kita yang hewani turut membangkitkan birahi mencibir. Kita atau mereka jalanan tak terkendali. Jalan pikiran tak selurus rute alternatif. Jalan hidup tak semulus uang pelicin masuk kerja.
Kita, kota, rimba, bahaya. Teruslah menyelamatkan diri. Jika tak sanggup, hendaklah bersembunyi.
Comments
Post a Comment