Wangi

Menggelegak hasrat dalam segala harum. Menunggangi kesendirian jiwa yang ranum. Berpencar di dada: sebuah caya tak terkira. Tak mau kusisakan sesak maupun tanpa swara.

Mungkin wangi masih terus sangsi dari tumbuhnya tawanan kata. Sekat-sekat menyayat dada laksana beda dimensi. Ia sadari jari-jemari tak pernah ada di tubuhya lagi, yang meramu hangat dan menelisik setiap detil. Akui, wangi, akui.

Apa yang bermain dalam maya bukan semata tak nyata, pun tak rupa. Namun nyali masih mencari jalan melarikan diri. Kesempatan dan sepi sama-sama memagut, seperti palung menelan seorang pelaut.

Yang tak pernah kaumengerti ini adalah yang tak pernah kautemukan di mana; pun di surat kekasihmu. Dari sini--hanya dari sini bahasa dapat ditubuhi. 

Comments

Popular Posts