Sukabumi, Pertengahan April

Kota ini tak pernah mengenalmu--sebaiknya memang tak pernah. Namun kota ini selalu segan menampung perihal peristiwa; membingkai kisah dan prahara sunyi.

Jika kita temukan nada minor yang mengusik, maka bukanlah suatu keganjilan dalam hidup. Kadang, memang, kita berkarib dengan masygul. Kota hanya mengkristalkan semua lini itu.

Berapa banyak orang menyulam-tambal, lalu berkemas atas nama kontinuitas? Kota ini tak pernah menyelamatkan siapa pun. Kita selalu menyewa keramaian untuk hidup yang kuyup ini. Keringat adalah air mata yang menembus pori-pori. Mengering tertiup arus keterasingan.

Berapa banyak kita memapah malam hanya untuk sejenak terlelap, untuk mengalihkan kenyataan yang tak seberapa? Sepatutnya, kita mendekam di tempat di mana tak ada kita.

Comments

Popular Posts