Moksa

Langkah menyusuri asal muasal akar yang banyak ditinggalkan. Menjenguk ilalang yang banyak tertanggalkan. Akhirnya berpijaklah jua ke bibir tebing, tempat suara telah terberangus. Letih itu dibayar kesunyian yang menentramkan. Nyala hidup ditemukan lagi. Di sini.

Membuka mata dan hati, mendengarkan bisunya. Matahari meredup, melarakan senyapnya. Gerangan rasa mengarungi samudera, dan aku memeluk kalbu. Tak ada ruang mati.

Dengan alam bersahaja membulirkan diri, membauri yang mereka hirup, menjadi satu dengan yang riuh tenang. Aku masih percaya melihat diriku entah dari mana, mungkin dari yang luput terhadap jarak pandang. Nyala amarah meleleh terbawa entahberantah.

Comments

Popular Posts