Kepada Mata yang Tak Lagi Kucinta

Kuinginkan Venus namun tak hendak kugapai serius. Sehari sama dengan setahun; kubakar diriku dalam tungku percintaan. Mimpi-mimpi putih serupa kapas. Kudamba segulung cendayam yang tak tuntas.

Di duniamu, aku adalah kenangan. Di duniaku, kau debu berterbangan. Tak kukilah mengapa ku bertikai dengan dendam. Terpujilah apa yang kita maksudkan dari dunia yang kita pilah. Buktinya, tak ada jembatan yang mengaral. Sanubari merangkap-bersejajar. Namun rindu lekas kurang ajar.

Kaurias malam kita yang tak terjamu. Kita bedah nafsu bedebah. Satu demi satu, melikas lalu lepas. Lidah kau dan aku saling memulas. Begitu cegaknya aku melihat kau molek. Menajam liar kita berkilauan adiwarna.

Malam semakin padam, kita tangguh bersekutu. Berderai sengal kita dari darah-darah berjibaku. Meremah peluh itu entah milik kau atau milikku. Senyummu merepih di bibirku. Dan kini, mungkin telah kaualpakan itu semua.

Kusuarkan malam ini sebuah rapalan samar: kepada kau--mata yang tak lagi kucinta--terhunuslah bahagia yang semoga.