Membedah Bedebah
Bulan mengambang di langit Selasa malam. Krim 17% dituangkan sedang aku berkelindan dengan keinginan. Kupikir jika ku membekuk matahari sama tak pastinya dengan membunuh harapan. Tapi di antara gelak tawa selalu ada cinta yang kandas.
Puisi ini semakin sedikit berbaris. Sebab judul-judul pun mulai absen dari kepala. Kata-kata minggat entah. Jalanan pikiran sepi banyak sampah. Seperti kota, tertulis di pintu masuk: selamat datang di kemalangan nomor sekian.
Comments
Post a Comment