Bulan Bungsu
Anyelir telah memasuki bulannya. Aku tetap terjaga agar puisi-puisi ini masih mudah dimengerti meski mata bertaruh dari kantuk dan cekam masa lalu.
Tubuhku sempoyongan tatkala jari-jari tangan kanan ini coba menjerit dari derit engsel pikiran ini, dan keraguan jatuh di pelupuk mata.
Ada sesuatu melaju deras menabrak hampa-hampa tak terperi. Aku menghamba pada asa dan kutanya pada bulan terakhir, "Itukah kau yang mengetuk?"
Desember, beri aku keajaiban. Desember, aku akan memelukmu meski tak bertubuh. Desember, usir dingin dengan hangat rasa percaya. Desember, Desember.
Aku tahu ketidakmampuanku menerjemahkan waktu adalah kebodohan-kebodohan di bulan-bulan lalu. Namun aku tahu segala pertaruhan ini akan berakhir cemerlang.
Comments
Post a Comment