:)
Selamat datang di era depresi di mana segala keputusasaan dinormalisasi. Kita bahagia merayakan kesedihan-kesedihan, dan menyerah dengan kehidupan. Citra hitam pekat dan gegap gempita, tumpah-ruah penuh keluh kesah. Kita berlutut, menghamba pada dunia gelap. Keangkuhan bersuar dalam diri kita, mengikuti tata cara bergaya dari dunia yang kita lihat melalui layar gawai kita, dan kita semua sepakat menjadikan satu-satunya jendela atau pintu atau ruang masuk menuju kesementaraan yang melenakan.
Selamat datang di era di mana kemunduran adalah satu-satunya kemajuan yang kita punya. Mari bernyanyi atau berpura-pura sehingga kita semua tahu kebahagiaan bukan milik siapa-siapa. Mari berpikir segala opini adalah bentuk bunuh diri. Mari, mari membeli teman untuk membantu dari keniscayaan, kesendirian abadi. Mari menjilat selangkangan kita sendiri, yang mulai berpindah menggantikan organ pikir kita. Mari berlari mengejar semua kebodohan ini, sebab semua orang merasa pintar.
Selamat datang di era ketidakteraturan. Kita semua berjumawa menggeser semua estetika. Kewarasan ialah kemewahan yang tiada lagi kita miliki, lantas kegilaan begitu agung kita percaya. Cinta kadang tolol, menambah-nambah gersang kehidupan yang fana. Pikiran kita sering berjalan dalam tidur, mencari ketenangannya sendiri namun tidak ada. Selebrasi kita adalah asu: mengumpat menjadi pilihan alternatif selain meneriakkan kata "tai" kepada diri kita sendiri; hidup jikalah bukan lompatan,maka ialah umpatan.
Mari pulang, ke tubuh dan pikiran kita masing-masing. Masihkah kita percaya doa menyelamatkan kita?
Comments
Post a Comment