Di Tanggal yang Biasa Saja
Di tanggal yang biasa saja,
masa silam menyusup
tanpa mengetuk. Datang
tak dijemput, pulang
tak diantar. Masa-masa itu
begitu mistis dan aku merinding.
Barangkali ia menagih.
Seperti iuran, rutin dan
teratur. Tapi mengapa?
Sudah berapa banyak
kutulis puisi bulan ini?
Aku melihatmu. Di untaian
tubuhku yang termakan
kata-kata. Kepala ini seperti
lapar ingin menyantap kenangan.
Kenangan. Kenangan.
Masa silam terdengar gaungnya.
Siapa roboh? Pertemuan aku
dengannya memberi isyarat,
siapa paling keras kepala bertahan.
Di tanggal yang biasa saja,
aku mencoba biasa saja.
Comments
Post a Comment