Biru
Di pelabuhan rindu,
udara menghiasi gemercik lamunan.
Padahal sesak jua ini dada.
Seonggok hati mencerca sendiri.
Ajalku sudah tampak tersebab itu,
kau pula menambah-nambah seksa.
Aku tak lagi salahkan kau,
namun saban teringat, diriku tersentak.
Bertaburan bau garam yang anyir,
laut sudah mengayun; kenangan tersapu.
Asinnya bercampur air mataku.
Oh, biru, bederma semiotik lagi misteri.
Sudah bakat bagiku bertumpu perih.
Cinta, kiranya memendam lara.
Comments
Post a Comment