Sabda Pelukan
Kita hanya ingin menjadi cukup saat aku
peluk kau nanti dan rahasia kita di sekitar
tubuh satu sama lain. Mungkin
memelukmu tak akan pernah menjadi
lelah; justru itu yang mengobati dari
seluruh lelah duniawi, yang di benakmu
tiba-tiba terbayang sepasang lengan
merangkulmu.
Aku lengan yang tak cukup kaumengerti
bila kau hanya berdiam diri dengan jarak
yang panjangnya melampaui cerita
sedihmu.
Air mata pandai berbohong. Ia turun
dengan dalih menyapu riasan wajahmu
yang terlalu merona. Nyatanya kadang
waktu kita telah dirampok dan tak dapat
disembuhkan sakitnya. Semuanya raib
dijarah kesedihan. Jangan katakan lagi,
kau boleh menekan tombol darurat. Aku
akan menjawabnya dengan sepasang
telinga dan empati biru.
Warna kesedihanmu luput tanpa pernah
kauingat lagi. Tapi kau tahu bahwa semua
itu semacam permainan; kadang-kadang
kau ingat hanya untuk memastikan
ingatan-ingatan itu ada serta beragam,
seperti perabotan dapurmu yang selalu
berganti dan menumpuk. Kau selalu
memilih yang kau ingin saat itu. Dan kau,
sambil mendekapku bertanya padaku
mengapa seperti itu.
Comments
Post a Comment