Kau, Fajar, dan Kilatan Kancing Kemeja
Senyummu racun, parasmu penawar.
Aku sembuh dan gemetaran dari
perkara-perkara rasa yang sulit
dimaknai. Lebih baik biarkan kelok-liku
jalan ini yang menyimpulkan peraduan.
Rasa-rasanya, nyata-nyatanya,
sayap kekupu liar hanya mengingatkanku
kepada sebuah punggung lenganmu.
Usaplah aku nanti maka kuusap pikiranmu
yang jauh meninggalkan tubuh.
Apa aku pernah kaugenggam hatinya
untuk kaubiarkan begitu terikat dalam
pecahan mimpimu? Kaubiarkan aku
tak berharga sebagai caramu mengalihkan
semua rangkulku.
Di balik pintu kamar, kancing kemejamu
menggantung memata-mataiku apakah
pikiranku berbaring memikirkanmu
ataukah berpura-pura menjagal amarahku.
Kau pernah terbaring membisu
memunggungiku.
Jika kata-kataku juga tak lekas
membuatmu tenang, aku upayakan
puisi ini supaya kau memiliki
waktu untuk melihatku sehari saja.
Comments
Post a Comment