Surat Untukmu yang Mungkin Baru Kuselesaikan Sekarang
Kau menyelamatkanku berkali-kali
dari kegilaan yang lalu. Dan aku,
berusaha melunturkan ragumu dari
bayang luka yang sudah.
Hari ini, hujan menyaksikan pertikaian
kita yang mestinya tak perlu terjadi.
Percakapan kita banyak menumbuhkan
percikan-percikan api hitam yang
selanjutnya menggelapkan mata hati.
Kita tak peduli mana gerimis
mana tangis, sebab sejurus kemudian
kita berbasahan oleh keduanya.
Petir dan suara bentak kita tak ada
bedanya. Dan kita masihlah dalam
gemetar amarah.
Banyak yang tak terkatakan oleh
mulut kita, karena kita lebih banyak
menumbuhkan keangkuhan. Kemudian
aku bertanya, mengapa jalan kita
berkelok senelangsa ini? Padahal,
saat tak terikat, ada saling yang
mewaraskan kau dan aku.
Banyak yang tak terkatakan oleh
mulut kita, karena kita tak benar-benar
bicara. Mengapa, sayang? Sedang aku
masih ingat saat menjelajahi hatimu,
bahkan kausambut untuk segera
diinginkan.
Dalam gigil hujan dan deru kendaraan,
aku masih percaya kita masih sanggup
mencapai jalan. Sebab, cinta mana lagi
yang aku sanggup julangkan selain
kepadamu tersayang.
Comments
Post a Comment