Aku Tidak Pandai Membuat Judul, yang Terpikirkan Saat Ini Hanyalah Namamu
1.
Dalam kepalamu ada labirin rumit yang melibatkan seorang petualang murung. Yang memasuki antahberantah untuk sengaja menyesatkan diri; membuat jalan keluar seperti kungkang menuruni pohon berdahan rendah: tak kurang lambatnya.
2.
Tatkala matahari mekar mematahkan malam, aku masih ingin tersesat di sabana pikiran. Puluhan mantra masih kulafalkan sebagai pengusir dingin belantara ini. Selimutnya ialah dedaunan: kelopak matamu yang memejamkan risauku dan daun telinga yang senantiasa mendengarku dengan saksama. Alasnya ialah ranting-ranting lentik: jemari anggunmu yang tak mampu kusentuh hanya sekali saja. Kuingin sambut basah tubuhmu dengan bahasa tubuhku dan memeluk kesunyian yang mengendap di udara. Kesunyian itu tak menginginkan keriuhan tak berarti.
3.
Lubang di dadaku bak pusara-pusara rindu. Hati itu rindu yang lapar, mengais-ngais sisa-sisa pilihan dari tumpukan hari tak berarti.
4.
Dari permukaan bumantara hingga dasar segara, kau adalah satu penyambung semesta cinta. Maka, hanya yang mahajatmika yang tahu sebab segala. Tentang macam retorika yang tak dapat pecah walau darah berkali-kali kauseka. Dan mencintaimu lebih banyak merengkuh keyakinan. Karena aku tak tahu, sungguh, tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Comments
Post a Comment