Lasak Merajuk (Reprise)

Siapa tak merindukan hujan saat kemarau terlalu lama mendiami bumi? Sebagian orang hanya mampu merasakan gemerciknya di dalam kepala, berharap tetesan-tetesan itu mulai membasahi rasa dendamnya. Siapa pula tak merindukan salju kala setengah negeri di dunia tak ditandanginya? Sebagian orang hanya mampu membayangkan sambil berharap bisa merasakan lagi lembut dan dinginnya ia, menengahi rindunya pada putih yang mengawang.

Lalu, siapa pula yang tak merindukan kedatangan yang telah pergi?

Terlebih lagi aku, merindukan kau apa pun yang terjadi. Yang niskala saat ini dan selalu kutakuti ketika aku terlalu merasa memiliki. Dan takdir begitu pandai bereaksi ketika rencana terancang begitu sempurna. Sampai akhirnya waktu dengan segala keleluasaannya menggelincirkan ketakjuban, yang berkenan membantumu pergi; berjalan dengan langkah yang berlari, terlalu cepat untuk kukejar lagi.

Dirimu kian samar saat ujian ini terlalu banyak keloknya. Saat alam sematkan gaung namamu, lidahku menjadi kaku, dan aku tetunduk, berlutut, menggenggam kepasrahan atas sikap taksaku. Kujawab pun percuma, sebab lakumu dan perkara hari lalu terlalu membuat seluruh tubuhku gemetar.

Kulihat hari, waktu terasa berlalu begitu panjang. Aku coba menutup kenyataan, menoleh ke depan. Berharap kau masih ada di kesempatan-kesempatan baru, dan kuharap aku tak terlalu buta untuk segala kesempatan itu. Meski tulang rusukku hilang satu sedari awal, namun akan kutemukan lagi kau dalam banyak bentuk yang tak bisa kubantah.

Comments

Popular Posts