Lucah
Aku, kau, bersungut melucah
malah beringsut jadi lucah.
Kita merakit diri jadi bijak bestari,
tapi pedih-pedih melandai di antara
sumpah serapah yang tak terbeli.
Malam-malam sukacita ingin kita restorasi.
Oh, sayang, kita sedang lepas kendali.
Aku, kau, sengkarut dan terbelalak.
Mimpi-mimpi buruk congkak melunjak.
Kita berdua ambyar:
mengemis-ngemis damai tak terbayar.
Kau hidup bersedekap di hadap nanar,
aku hidup berdebam ke setitik nadir.
Aku, kau, mencecah--
berseteru, bersentuh-sentuh seru.
Dan lebih sering kita melucah:
meludah, menyumpah, mendarah,
melemah, melelah, menyerah.
Merancap pada pangkal pikiran kita
yang berpasrah-pasrah.
Bimbang, bimbang, bimbang.
Terngiang-ngiang, berulang-ulang.
Hilir mudik, lalu-lalang,
sebenarnya kita ada di mana, sayang?
Apa kita sudah boleh pulang?
Ibu bumi, kami mohon susui kami--
kepala pecah berisi kapal pecah, hanya
susu yang dapat menenangkan kami,
dari rasa amuk yang tak pernah henti,
dari melawan diri melayani nafsu-nafsu
yang merongrong semakin ngeri.
Semakin ngeri.
Comments
Post a Comment