Sabtu Sebelum Kaubuka Tubuhku
Sabtu sebelum kaubuka tubuhku,
aku melerai keinginan dan
ketidakinginanmu. Keengganan untuk
patah jadi satu-satunya pertanyaan ganjil.
Kugenapi kau dalam saduran matahari
petang memerah, serta merta suara gitar
kayu yang lembut membelaimu di bawah
pinus tua tinggi rendah hati--ia tak
pernah muluk-muluk atau pilih-pilih.
Sesiapa boleh menyandarkan tubuh
padanya sebab ia terlalu murah hati.
Akordku menjalahi segenap kesedihanmu.
Jariku mengukir sakitmu yang lambat dan
dalam. Kita menjadi nyanyian di bawah
pinus itu. Siut refrain kita berulang, terus berulang, berbunyi dalam tubuh, mengaliri
sumsum tulang belakang, menyubur dalam kelangkang, menyebar ke
semua penjuru tulang. Bergelombang,
mendengung, terus memanjang
membentuk arus ketenangan.
Sabtu saat kaubuka tubuhku,
kau terkejut melihat salah satu rusukku
tanggal entah sejak kapan. Kau
lalu menyumpalnya dengan tubuhmu,
kembali lagi kita menyanyi diciumi cahaya
merah matahari.
Comments
Post a Comment