Swara Dalam Kabin Pikiranku
Aku tak berdaya di hamparan kedigdayaan
samudera rahasia. Kuarungi segala itu
di bawah bendera waktu, sambil mengumpulkan
sisa wangimu sebagai perbekalanku tatkala aku
goyah mengingat rupa pulas tubuhmu.
Matamu lautan, kupatri dalam peraduan.
(Berlanjut berapa babak lagi
sampai kau-utuhkan kau pada aku?)
Kujelajahi batas teritorial dan aku
meneropong sukmamu dari kesediaan hati ini.
Kuhadapi getir yang bertaburan di mimpi
dan kenyataan: aku siap terdampar
dalam kesetiaan, di mana pun kautempatkan.
Kepedihan-kepedihan kontemporer yang kusadari
segera timbul tenggelam. Tipis swaramu—
entah dari mana muasalnya memasuki kabin
pikiranku: sesiapa yang bersabar diri dialah
yang membawa pulang apa yang ia amini.
Aamiin.
Terombang-ambing melawan kejamnya purnama,
dengan taji langkahku kujelang kau seorang diri.
Lantas, apalagi kalau kau bukan untuk kucintai?
Comments
Post a Comment