4 Celah, 5 Jari, 6 Babak
Gusarku masih mengulur waktu. Aku sadar sekarang kata-kataku absen mengirimimu tulisan cemerlang. Draf-draf tak guna dijahit sarang lelaba. Satu kesatuan utuh kekosongan melanda. Bagaimana jika aku buta huruf atau lupa aksara?
Di kamar sepi, gitar memainkan dirinya sendiri guna mencanangkan bebunyian minor. Aku menganga saja, terperangah melihat ia meminjam jariku memainkan kunci-kunci yang sulit ditiru. Melagu ia mencuri panggungku.
Buku-buku menumpuk di sana menonton gitarku bernyanyi. Katanya mereka libur dari dibaca manusia, katanya mereka marah lalu bertanya,
mengapa di hari kerja kau tak membaca? Padahal kekasihmu perlu dicintai dengan cara-cara yang sastra. Dia mencintai Bahasa Indonesia lewat isi kepalamu yang berliku-ragam. Sedang kau khilaf telah mencampakkan sesuatu yang penting hari ini.
Aku masih menganga melihat mereka bergerak dalam 24 frame per detik. Entah tangan dari dimensi mana menamparku menuju sesuatu yang rasanya telah lama kulewatkan. Kali pertama aku memulainya hanya perlu kata-kata sederhana.
Bagaimana jika kumulai kata pertama dengan namamu?
Comments
Post a Comment